RUANG LINGKUP EVALUASI PEMBELAJARAN

RUANG LINGKUP EVALUASI PEMBELAJARAN

A.Latarbelakang

Pendidikan adalah suatu wadah individu untuk belajar mengembangkan kemampuan yang dimilikinya melalui proses penanaman bermacam-macam nilai-nilai. Pendidikan yang diselenggrakan itu terlihat sukses atau tidaknya jika adanya hasil yang didapat baik dalam bentuk angka ataupun tidak. Dapat disimpulkan bahwa hal tersebut tidak terlepas juga dengan adanya pengukuran, penilaian dan evaluasi yang dilakukan oleh guru terhadp siswa.

Evaluasi pendidikan tersebut memiliki ruang lingkup yang luas yaitu: ranah kognitif, ranah afektif, ranah psikomotor. Dunia pendidikan sekarang ini mengkolaborasikan ke-tiga ruang lingkup tersebut. Namun realisasinya kurang sempurna karena banyak individu yang tidak mengatahui akan itu. Dengan begitu penulis pada kesempatan kali ini termotivasi untuk mengupas matei tentang ruang lingkup evaluasi pendidikan.

Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Guru disebut bahwa”Dalam kegiatan pembelajaran, penilaian merupakan salah satu unsur penting yang wajib dikuasai oleh pendidik dalam melaksanakan tugas di sekolah”. Evaluasi sangat dibutuhkan dalam pendidikan. Karena hal ini sangat menbatu untuk mengetahui keberhasilan pembelajaran. Dalam evaluasi kita akan menemukan kelemahan dalam pembejaran tersebut sehingga mampu dikembangkan dengan kebih baik.

Idealnya, ruang lingkup evaluasi pembelajaran mencakup semua aspek pembelajaran, baik dalam domain kognitif, afektif maupun psikomotor.Peserta didik yang memiliki kemampuan kognitif yang baik belum tentu dapat menerapkannya dengan baik dalam memecahkan permasalahan kehidupan. Untuk memahami lebih jauh tentang klasifikasi domain hasil belajar, Anda dapat mengikuti pendapat yang dikemukakan Benyamin S.Bloom, dkk., yang mengelompokkan hasil belajar menjadi tiga bagian, yaitu domain kognitif, doman afektif, dan domain psikomotor. Domain kognitif merupakan domain yang menekankan pada pengembangan kemampuan dan keterampilan intelektual.Domain afektif adalah domain yang berkaitan dengan pengembangan perasaan, sikap, nilai dan emosi, sedangkan domain psikomotor berkaitan dengan kegiatan keterampilan motorik. Ruang lingkup evaluasi pembelajaran akan difokuskan juga kepada aspek-aspek pembelajaran yang meliputi program pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran dan hasil pembelajaran. Selanjutnya akan dikemukakan pula ruang lingkup penilaian proses dan hasil belajar.

Berdasarkan uraian sebelumnya maka perlu penjelasan secara rinci mengenai ruang lingkup evaluasi pembelajaran. Dalam makalah ini akan jabarkan mengenai pengertian evaluasi, pengertian pengukuran, pengertian penilaian, cirri-ciri evaluasi pembelajaran, dan tahapan evaluasi pembelajaran.

B. Pengertian Evaluasi

Anas (1995:1) mengemukakan bahwa secara harfiah kata evaluasi berasal dari bahasa Inggris: evaluation; dalam bahasa Arab: Al-Taqdir; dalam bahasa Indonesia berarti: penilaian. Akar katanya adalah: value; dalam bahasa Arab: Al-Qimah; dalam bahasa Indonesia berarti: nilai. James and Roffe dalam Sharon, dkk (2010) berpendapat bahwa “evaluation is comparing the actual and real with the predicted or promised” dimana perlu adanya renungan atas apa yang dicapai dalam perbandingannya dengan apa yang diharapkan. Definisi ini juga menggarisbawahi evaluasi bersifat potensial subjektif, dimana individu yang berbeda cenderung memiliki harapan yang beragam. Dalam kegiatan evaluasi pembelajaran, ada tiga hal yang saling berkaitan yaitu evaluasi, pengukuran dan tes. Menurut Gronlund dalam Toto dan Cepi (2011:165) evaluasi adalah suatu proses yang sistematis dari pengumpulan, analisis, dan inerpretasi informasi/data untuk menentukan sejauh mana siswa telah mencapai tujuan pembelajaran. Pengukuran adalah adalah suatu proses yang menghasilkan gambaran berupa angka-angka mengenai tingkatan ciri-ciri khusus yang dimiliki oleh individu (siswa). Tes adalah suatu alat atau prosedur yang sistematis untuk mengukur suatu sampel perilaku.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa evaluasi lebih bersifat komprehensif yang di dalamnya meliputi pengukuran, dan tes sebagai suatu alat untuk melaksanakan pengukuran itu sendiri. Keputusan evaluasi (value judgement) tidak hanya didasarkan pada hasil pengukuran (quantitative description), dapat pula didasarkan pada hasil pengamatan (qualitative description). Baik yang didasarkan pada hasil pengukuran maupun bukan pengukuran, pada akhirnya menghasilkan keputusan nilai tentang suatu objek yang dinilai.

Jika ingin melakukan kegiatan evaluasi, maka guru harus mengetahui dan memahami terlebih dahulu tentang tujuan dan fungsi evaluasi. Bila tidak, maka guru akan mengalami kesulitan merencanakan dan melaksanakan evaluasi. Fungsi utama evaluasi dalam pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam empat fungsi, yaitu :

1. Fungsi formatif

Evaluasi dapat memberikan umpan balik bagi guru sebagai dasar untuk memperbaiki proses belajar mengajar dan mengadakan program remedial bagi siswa yang belum menguasai sepenuhnya materi yang dipelajari.

2. Fungsi sumatif

Evaluasi dapat mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap materi pelajaran, menentukan angka nilai sebagai bahan keputusan kenaikan kelas Adan laporan perkembangan belajar siswa serta dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.

3. Fungsi diagnostik

Evaluasi dapat mengetahui latar belakang siswa (psikologis, fisik dan lingkungan) yang mengalami kesulitan belajar.

4. Fungsi seleksi dan penempatan

Yaitu hasil evaluasi dapat dijadikan dasar untuk menyeleksi dan menempatkan siswa sesuai dengan minat dan kemampuan.

Evaluasi menurut syarat-syarat psikologis bertujuan agar guru mengenal siswa selengkap mungkin dan agar siswa mengenal dirinya seutuhnya. Di samping itu evaluasi juga berguna untuk mempertinggi hasil pengajaran, karena itu evaluasi tidak bisa dipisahkan dari belajar dan mengajar, dan intinya adalah evaluasi belajar dengan tujuan untuk memperbaikinya. Evaluasi harus dilakukan oleh semua yang bersangkutan, bukan hanya guru tetapi juga siswa. Maka tujuan evaluasi pembelajaran meliputi:

  1. Untuk melihat produktivitas dan efektivitas kegiatan belajar mengajar
  2. Untuk memperbaiki dan menyempurnakan kegiatan guru
  3. Untuk memperbaiki, menyempurnakan dan mengembangkan program belajar mengajar
  4. Untuk mengetahui kesulitan-kesulitan apa yang dihadapi oleh siswa selama kegiatan belajar dan mencarikan jalan keluarnya
  5. Untuk menempatkan siswa dalam situasi belajar mengajar yang tepat sesuai dengan kemampuannya.

C. Ruang Lingkup Evaluasi Pembelajaran

Ruang lingkup evaluasi pembelajaran mencakup semua aspek pembelajaran, baik dalam domain kognitif, afektif maupun psikomotor. Peserta didik yang memiliki kemampuan kognitif yang baik belum tentu dapat menerapkannya dengan baik dalam memecahkan permasalahan kehidupan. Untuk memahami lebih jauh tentang klasifikasi domain hasil belajar, Anda dapat mengikuti pendapat yang dikemukakan Benyamin S.Bloom, dkk., yang mengelompokkan hasil belajar menjadi tiga bagian, yaitu domain kognitif, doman afektif, dan domain psikomotor. Domain kognitif merupakan domain yang menekankan pada pengembangan kemampuan dan keterampilan intelektual. Domain afektif adalah domain yang berkaitan dengan pengembangan perasaan, sikap, nilai dan emosi, sedangkan domain psikomotor berkaitan dengan kegiatan keterampilan motorik.

Menurut Benyamin S.Bloom, dkk (1956) hasil belajar dapat dikelompokkan ke dalam tiga domain, yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Setiap domain disusun menjadi beberapa jenjang kemampuan, mulai dari hal yang sederhana sampai dengan hal yang kompleks, mulai dari hal yang mudah sampai dengan hal yang sukar, dan mulai dari hal yang konkrit sampai dengan hal yang abstrak. Adapun rincian domain tersebut adalah sebagai berikut :

  • Domain kognitif (cognitive domain). Domain ini memiliki enam jenjang kemampuan, yaitu:
  1. Pengetahuan (knowledge), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk dapat mengenali atau mengetahui adanya konsep, prinsip, fakta atau istilah tanpa harus mengerti atau dapat menggunakannya. Kata kerja operasional yang dapat digunakan diantaranya : mendefinisikan, memberikan, mengidentifikasi, memberi nama, menyusun daftar, mencocokkan, menyebutkan, membuat garis besar, menyatakan, dan memilih.
  2. Pemahaman (comprehension), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk memahami atau mengerti tentang materi pelajaran yang disampaikan guru dan dapat memanfaatkannya tanpa harus menghubungkannya dengan hal-hal lain. Kemampuan ini dijabarkan lagi menjadi tiga, yakni menterjemahkan, menafsirkan, dan mengekstrapolasi. Kata kerja operasional yang dapat digunakan diantaranya : mengubah, mempertahankan, membedakan, memprakirakan, menjelaskan, menyimpulkan, memberi contoh, meramalkan, dan meningkatkan.
  3. Penerapan (application), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk menggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun metode, prinsip dan teori-teori dalam situasi baru dan konkrit. Kata kerja operasional yang dapat digunakan diantaranya : mengubah, menghitung, mendemonstrasikan, mengungkapkan, mengerjakan dengan teliti, menjalankan, memanipulasikan, menghubungkan, menunjukkan, memecahkan, menggunakan.
  4. Analisis (analysis), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk menguraikan suatu situasi atau keadaan tertentu ke dalam unsur-unsur atau komponen pembentuknya. Kemampuan analisis dikelompokkan menjadi tiga, yaitu analisis unsur, analisis hubungan, dan analisis prinsip-prinsip yang terorganisasi. Kata kerja operasional yang dapat digunakan diantaranya : mengurai, membuat diagram, memisah-misahkan, menggambarkan kesimpulan, membuat garis besar, menghubungkan, merinci.
  5. Sintesis (synthesis), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk menghasilkan sesuatu yang baru dengan cara menggabungkan berbagai faktor. Hasil yang diperoleh dapat berupa tulisan, rencana atau mekanisme. Kata kerja operasional yang dapat digunakan diantaranya : menggolongkan, menggabungkan, memodifikasi, menghimpun, menciptakan, merencanakan, merekonstruksikan, menyusun, membangkitkan, mengorganisir, merevisi, menyimpulkan, menceritakan.
  6. Evaluasi (evaluation), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk dapat mengevaluasi suatu situasi, keadaan, pernyataan atau konsep berdasarkan kriteria tertentu. Hal penting dalam evaluasi ini adalah menciptakan kondisi sedemikian rupa, sehingga peserta didik mampu mengembangkan kriteria atau patokan untuk mengevaluasi sesuatu. Kata kerja operasional yang dapat digunakan diantaranya : menilai, membandingkan, mempertentangkan, mengeritik, membeda-bedakan, mempertimbangkan kebenaran, menyokong, menafsirkan, menduga.
    • Domain afektif (affective domain), yaitu internalisasi sikap yang menunjuk ke arah pertumbuhan batiniah dan terjadi bila peserta didik menjadi sadar tentang nilai yang diterima, kemudian mengambil sikap sehingga menjadi bagian dari dirinya dalam membentuk nilai dan menentukan tingkah laku. Domain afektif terdiri atas beberapa jenjang kemampuan, yaitu:
  7. Kemauan menerima (receiving), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk peka terhadap eksistensi fenomena atau rangsangan tertentu. Kepekaan ini diawali dengan penyadaran kemampuan untuk menerima dan memperhatikan. Kata kerja operasional yang dapat digunakan diantaranya : menanyakan, memilih, menggambarkan, mengikuti, memberikan, berpegang teguh, menjawab, menggunakan.
  8. Kemauan menanggapi/menjawab (responding), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk tidak hanya peka pada suatu fenomena tetapi juga bereaksi terhadap salah satu cara. Penekanannya pada kemauan peserta didik untuk menjawab secara sukarela, membaca tanpa ditugaskan. Kata kerja operasional yang dapat digunakan diantaranya : menjawab, membantu, memperbincangkan, memberi nama, menunjukkan, mempraktikkan, mengemukakan, membaca, melaporkan, menuliskan, memberitahu, mendiskusikan.
  9. Menilai (valuing), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk menilai suatu objek, fenomena atau tingkah laku tertentu secara konsisten. Kata kerja operasional yang digunakan diantaranya : melengkapi, menerangkan, membentuk, mengusulkan, mengambil bagian, dan memilih.
  10. Organisasi (organization), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk menyatukan nilai-nilai yang berbeda, memecahkan masalah, membentuk suatu sistem nilai. Kata kerja operasional yang dapat digunakan diantaranya : mengubah, mengatur, menggabungkan, membandingkan, mempertahankan, menggeneralisasikan, memodifikasi.
    • Domain psikomotor (psychomotor domain), yaitu kemampuan peserta didik yang berkaitan dengan gerakan tubuh atau bagian-bagiannya, mulai dari gerakan yang sederhana sampai dengan gerakan yang kompleks. Perubahan pola gerakan memakan waktu sekurang-kurangnya 30 menit. Kata kerja operasional yang digunakan harus sesuai dengan kelompok keterampilan masing-masing, yaitu :
  11. Muscular or motor skill, yang meliputi: mempertontonkan gerak, menunjukkan hasil, melompat, menggerakkan, menampilkan.
  12. Manipulations of materials or objects, yang meliputi: mereparasi, menyusun, membersihkan, menggeser, memindahkan, membentuk.
  13. Neuromuscular coordination, yang meliputi : mengamati, menerapkan, menghubungkan, menggandeng, memadukan, memasang, memotong, menarik dan menggunakan.

D. Pengertian Pengukuran

Pengukuran adalah proses pemberian angka-angka atau label kepada unit analisis untuk merepresentasikan atribut-atribut konsep. Proses ini seharusnya cukup dimengerti orang walau misalnya definisinya tidak dimengerti. Hal ini karena antara lain kita sering kali melakukan pengukuran.

Menurut Cangelosi (1995) yang dimaksud dengan pengukuran (Measurement) adalah suatu proses pengumpulan data melalui pengamatan empiris untuk mengumpulkan informasi yang relevan dengan tujuan yang telah ditentukan. Dalam hal ini guru menaksir prestasi siswa dengan membaca atau mengamati apa saja yang dilakukan siswa, mengamati kinerja mereka, mendengar apa yang mereka katakan, dan menggunakan indera mereka seperti melihat, mendengar, menyentuh, mencium, dan merasakan. Menurut Zainul dan Nasution (2001) pengukuran memiliki dua karakteristik utama yaitu: 1) penggunaan angka atau skala tertentu; 2) menurut suatu aturan atau formula tertentu.

Measurement (pengukuran) merupakan proses yang mendeskripsikan performance siswa dengan menggunakan suatu skala kuantitatif (system angka) sedemikian rupa sehingga sifat kualitatif dari performance siswa tersebut dinyatakan dengan angka-angka (Alwasilah etal.1996). Pernyataan tersebut diperkuat dengan pendapat yang menyatakan bahwa pengukuran merupakan pemberian angka terhadap suatu atribut atau karakter tertentu yang dimiliki oleh seseorang, atau suatu obyek tertentu yang mengacu pada aturan dan formulasi yang jelas.Aturan atau formulasi tersebut harus disepakati secara umum oleh para ahli (Zainul & Nasution, 2001).Dengan demikian, pengukuran dalam bidang pendidikan berarti mengukur atribut atau karakteristik peserta didik tertentu. Dalam hal ini yang diukur bukan peserta didik tersebut, akan tetapi karakteristik atau atributnya.

Pengertian pengukuran menurut para ahli adalah sebagai berikut;

  1. Robert L. Ebel dan David A. Frisbie (1986) merunuskan pengkuran sebagai “Measurment is a process of assigning numbers to the individual numbers of a set of objects or person for the purpose of indicating differences among them in the degree to which they posscess the characteristic being measured.
  2. Gilbert Sax (1980) menyatakan “measurement: The assignment of numbers to attributes of characteristics of person, evenrs, or object according to explicit formulations or rules”.
  3. Menurut Akmad Sudrajat pengukuran (measurement) adalah proses pemberian angka atau usaha memperoleh deskripsi numerik dari suatu tingkatan di mana seorang peserta didik telah mencapai karakteristik tertentu.
  4. Menurut Lien pengukuran adalah sejumlah data yang dikumpul dengan menggunakan alat ukur yang objektif untuk keperluan analisis dan interpretasi.
  5. Menurut Suharsimi Arikunto pengukuran adalah membandingkan sesuatu dengan suatu ukuran.
  6. Menurut Pflanzagl’s pengukuran adalah proses menyebutkan dengan pasti angka-angka tertentu untuk mendiskripsikan suatu atribut empiri dari suatu produk atau kejadian dengan ketentuan tertentu.
  7. Menurut Nunnally & Bernstein, 1994 Pengukuran dapat didefinisikan sebagai suatu proses pemberian angka atau label terhadap atribut dengan aturan-aturan yang terstandar atau yang telah disepakati untuk merepresentasikan atribut yang diukur.
  8. Menurut Mardapi 2004: 14 Pengukuran pada dasarnya adalah kegiatan penentuan angka terhadap suatu obyek secara sistematis.
  9. Menurut Lien Pengukuran adalah sejumlah data yang dikumpul dengan menggunakan alat ukur yang objektif untuk keperluan analisis.
  10. Menurut Budi Hatoro Pengukuran atau measurement merupakan suatu proses atau kegiatan untuk menentukan kuantitas sesuatu yang bersifat numerik. Pengukuran lebih bersifat kuantitatif, bahkan merupakan instrumen untuk melakukan penilaian.
  11. Menurut Akmad Sudrajat Pengukuran (measurement) adalah proses pemberian angka atau usaha memperoleh deskripsi numerik dari suatu tingkatan di mana seorang peserta didik telah mencapai karakteristik tertentu.
  12. Menurut Arikunto Suharsimi Pengukuran adalah membandingkan sesuatu dengan suatu ukuran.
  13. Menurut Pflanzagl’s Pengukuran adalah proses menyebutkan dengan pasti angka-angka tertentu untuk mendiskripsikan suatu atribut empiris dari suatu produk atau kejadian dengan ketentuan tertentu.

E. Pengertian Penilaian

Penilaian adalah kegiatan mengambil keputusan untuk menentukan sesuatu berdasarkan kriteria baik buruk dan bersifat kualitatif. Penilaian (assessment) adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil belajar peserta didik atau ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan) peserta didik. Penilaian menjawab pertanyaan tentang sebaik apa hasil atau prestasi belajar seorang peserta didik.Hasil penilaian dapat berupa nilai kualitatif (pernyataan naratif dalam kata-kata) dan nilai kuantitatif (berupa angka). Pengukuran berhubungan dengan proses pencarian atau penentuan nilai kuantitatif tersebut.

Penilaian hasil belajar pada dasarnya adalah mempermasalahkan, bagaimana pengajar (guru) dapat mengetahui hasil pembelajaran yang telah dilakukan.Pengajar harus mengetahui sejauh mana pebelajar (learner) telah mengerti bahan yang telah diajarkan atau sejauh mana tujuan/kompetensi dari kegiatan pembelajaran yang dikelola dapat dicapai.Tingkat pencapaian kompetensi atau tujuan instruksional dari kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan itu dapat dinyatakan dengan nilai.

Penilaian adalah kegiatan menentukan nilai suatu objek, seperti baik-buruk, efektif-tidak efektif, berhasil-tidak berhasil, dan semacamnya sesuai dengan kriteria atau tolak ukur yang telah ditetapkan sebelumnya.

Pengertian penilaian menurut para ahli adalah sebagai berikut;

  1. Menurut Angelo (1991: 17) Classroom Assessment is a simple method faculty can use to collect feedback, early and often, on how well their students are learning what they are being taught. (Penilaian Kelas adalah suatu metode yang sederhana dapat menggunakan fakultas (sekolah) untuk mengumpulkan umpan balik, awal dan setelahnya, pada seberapa baik para siswa mereka belajar apa yang mereka ajarkan.)
  2. Menurut Suharsimi yang dikutip oleh Sridadi(2007) penilaian adalah suatu usaha yang dilakukan dalam pengambilan keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik-buruk →bersifat kualitatif.
  3. Menurut Depag yang dikutip Sridadi (2007) penilaian adalah suatu usaha untuk mengumpulkan berbagai informasi secara berkesinambungan dan menyeluruh tentang proses dan hasil belajar yang telah dicapai oleh siswa melalui kegiatan belajar mengajar yang ditetapkan sehingga dapat dijadikan dasar untuk menentukan langkah selanjutnya.
  4. Menurut Rusli Lutan (2000:9) assessment termasuk pelaksanaan tes dan evaluasi. Asessment bertujuan untuk menyediakan informasi yang selanjutkan digunakan untuk keperluan informasi.
  5. Menurut Asmawi Zainul dan Noehi Nasution mengartikan penilaian adalah suatu proses untuk mengambil keputusan dengan menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar baik yang menggunakan tes maupun nontes.
  6. Menurut Suharsimi Arikunto penilaian adalah mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik buruk. Penilaian bersifat kualitatif.
  7. Menurut Djemari Mardapi (1999: 8) penilaian adalah kegiatan menafsirkan atau mendeskripsikan hasil pengukuran. Menurut Cangelosi (1995: 21) penilaian adalah keputusan tentang nilai.
  8. Menurut Akhmat Susrajat penilaian (assessment) adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil belajar peserta didik atau ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan) peserta didik. Penilaian menjawab pertanyaan tentang sebaik apa hasil atau prestasi belajar seorang peserta didik.Hasil penilaian dapat berupa nilai kualitatif (pernyataan naratif dalam kata-kata) dan nilai kuantitatif (berupa angka). Pengukuran berhubungan dengan proses pencarian atau penentuan nilai kuantitatif tersebut. Secara khusus, dalam konteks pembelajaran di kelas, penilaian dilakukan untuk mengetahui kemajuan dan hasil belajar peserta didik, mendiagnosa kesulitan belajar, memberikan umpan balik/perbaikan proses belajar mengajar, dan penentuan kenaikan kelas. Melalui penilaian dapat diperoleh informasi yang akurat tentang penyelenggaraan pembelajaran dan keberhasilan belajar peserta didik, guru, serta proses pembelajaran itu sendiri. Berdasarkan informasi itu, dapat dibuat keputusan tentang pembelajaran, kesulitan peserta didik dan upaya bimbingan yang diperlukan serta keberadaan kurikukulum itu sendiri.

F. Ciri-Ciri Evaluasi Pembelajaran

Ciri-ciri evaluasi pembelajaran adalah sebagai berikut;

  1. Evaluasi dilakukan secara tidak langsung

Dalam contoh ini akan mengukur kepandaian melalui ukuran kemampuan menyelesaikan sosl-soal. Tanda-tanda anak yang pandai atau inteligen menurut Carl Whiterington. Anak yang inteligen adalah anak yang:

  1. Kemampuan untuk bekerja dengan bilangan.
  2. Kemampuan untuk menggunakan bahasa dengan baik. (keampuan verbal).
  3. Kemampuan untukmenangkap sesuatu yang baru (cepat mengikuti pembicaraan orang lain).
  4. Kemampuan untuk mengingat.
  5. kemampuan untuk memahami hubungan (termasuk menangkap kelucuan).
  6. kemampuan berfantasi dan berimaginasi.

Intelegensi atau kecerdasan diartikan dalam berbagai dimensi oleh para ahli. Donald Stener, seorang Psikolog menyebut intelegensi sebagai suatu kemampuan untuk menerapkan pegetahuan yang sudah ada untuk memecahkan berbagai masalah. Tingkat intelegensi dapat diukur dengan kecepatan memecahkan masalah-masalah tersebut.

  1. Evaluasi pendidikan bersifat kuantitatif

Bersifat kuantitatif artinya menggunakan simbol bilangan sebagai hasil pertama pengukuran. Setelah itu lalu di interprestasikan ke bentuk kualitatif. Contoh: Dari hasil ulangan, Yanto memperoleh nilai 80, sedangkan Anto mendapat nilai 75. maka dengan demikian dapat disimpulkan Yanto lebih pandai dari Anto.

  1. Evaluasi pendidikan menggunakan unit-unit atau satuan-satuan yang tetap, karena IQ 105 termask anak normal. Anak lain yang hasil pengukuran Iqnya 80, menurut unit ukurannya termasuk anak dungu.
  2. Evaluasi pendidikan bersifat relatif, artinya tidak sama atau tidak selalu tetap dari satu waktu ke waktu yang lain. (disebabkan karena beberapa faktor).
  3. Evaluasi pendidikan sering terjadi kesalahan-kesalahan. Sumber kesalahan dapat ditinjau dari bebeprapa faktor, yaitu:
  1. Terletak pada alat ukurnya.
  2. Letak pada orang yang melakukan evaluasi

Hal ini dapat berupa:

  • Kesalahan pada waktu melakukan evaluasi karena factor subjektif penilai telah berpengaruh pada hasil pengukuran. Tulisan yang jelek dan tidak jelas, mau tidak mau sering mempengaruhi subjektivitas penilai, jika pada waktu mengerjakan koreksi, penilai itu sendiri sedang risau. Itulah sebabnya pendidikan harus sejauh mungkin dari hal ini.
  • Kecenderungan dari penilai untuk memberikan nilai secara “murah” atau “mahal”. Ada guru yang memberi nilai 2 (dua) untuk siswa yang menjawab salah dengan alas an untuk upah menulis. Tetapi aa yang memberikan 0 (nol) untuk jawaban yang serupa
  • Adanya hallo-effect, yakni adanya kesan penilai terhadap siswa. Kesan-kesan itu dapat berasal dari guru lain maupun dari guru itu sendiri pada kesempatan memegang mata pelajaran lain.
  • Adanya pengaruh hasil yang telah diperoleh terdahulu. Seorang siswa pada ulangan pertama mendapat angka 10 sebanyak 2 kali. Untuk ulangan yang ketiga dan seterusnya, guru sudah terkena pengaruh ingin memberi angka lebih banyak dari yang sebenarnya walaupun seandainya pada waktu ulangan tersebut, ia sedang mengalami nasib sial, yakni salah mengerjakan.
  • Kesalahan yang disebabkan oleh kekeliruan menjumlah angka-angka hasil evaluasi
  1. Terletak pada anak yang dinilai
    • Siswa adalah manusia yang berperasaan dan bersuasana hati. Suasana hati seseorang akan sangant berpengaruh terhadap hasil evaluasi. Misalnya suasana hati yang kalut, sedih atau tertekan, akan memberikan hasil kurang memuaskan. Sedang suasana hati gembira dan cerah, akan memberikan hasil yang baik.
    • Keadaan fisik ketika siswa sedang dinilai. Kepala pusing, perut mulas atau pipi sedang membengkak karena sakit gigi, tentu saja akan mempengaruhi cara siswa memecahkan persoalan. Pikirannya sangat sukar untuk konsentrasi
    • Nasib siswa kadang-kadang mempunyai peran terhadap hasil evaluasi. Tanpa adanya suatu sebab fisik maupun psikis, adanya seperti ada “gangguan” terhadap kelancaran mengerjakan soal-soal
  2. Terletak pada situasi di mana evaluasi berlangsung
  • Suasana yang gaduh, baik dalam maupun di luar ruangan, akan mengganggu konsentrasi siswa. Demikian pula tingkah aku kawan-kawannya yang sedang mengerjakan soal, apakah mereka bekerja dengan cukup serius atau tampak seperti hanya main-main, akan mempengaruhi diri siswa dalam mengerjakan soal
  • Pengawasan dalam evaluasi. Tidak menjadi rahasia lagi bahwa pengawasan yang terlalu ketat tidak akan disenangi oleh siswa yang suka melihat ke kanan dan ke kiri. Namun adakalanya, keadaan sebaliknya, yaitu pengawasan yang longgar justru membuat jengkel bagi siswa yang mau disiplin dan percaya pada diri sendiri.

G. Tahapan Evaluasi Pembelajaran

Sebelum evaluasi pembelajaran dilaksanakan seorang evaluator harus melakukan persiapan secara cermat. Secara umum tahap-tahap pokok evaluasi pembelajaran meliputi tiga kegiatan utama yaitu: persiapan, pelaksanaan, pengolahan hasil.

Ketiga tahap-tahap tersebut dapat dijabarkan dalam tahap-tahap yang lebih operasional meliputi:

  1. Perencanaan dan perumusan kriterium

Merencanakan pada dasarnya menentukan kegiatan yang hendak dilakukan pada masa depan. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengatur berbagai sumber daya agar hasil yang dicapai sesuai dengan yang diharapkan. Perencanaan adalah proses penentuan tujuan atau sasaran yang hendak dicapai dan menetapkan jalan dan sumber yang diperlukan untuk mencapai tujuan itu seefisien dan seefektif mungkin. Dalam tahap perencanaan dan perumusan kriterium hal-hal yang dilakukan mencakup:

  1. Perumusan tujuan evaluasi
  2. Penetapan aspek-aspek yang akan diukur
  3. Menetapkan metode dan bentuk tes
  4. Merencanakan waktu evaluasi
  5. Melakukan uji coba tes untuk mengukur validitas dan reabilitasnya sebelum digunakan.

Dalam dalam tahab perencanaan ini perlu kita lakukan segenap tahap pendahuluan yang dapat kita temukan, misalnya: penyusunan jadwal untuk waktu-waktu pengumpulan data, mempersiapkan alat yang digunakan untuk mengumpulkan data, menentukan jenis-jenis data yang harus dikumpulkan, menentukan jenis-jenis pengolahan data yang akan dikerjakan dan lain-lain.

Yang dapat kita lakukan dalam taraf perencanaan ini ialah soal-soal yang berhubungan dengan pertanyaan untuk evaluasi yang akan dipergunakan kemudian. Yang paling penting kita lakukan dalam taraf perencanaan ini ialah berapa kalikah dalam satu tahun kita harus mengadakan evaluasi untuk mengambil keputusan mengenai soal tersebut pertimbangan yang harus kita utamakan ialah kelengkapan gambaran tentang pertumbuhan para siswa dalam kecakapan yang kita ajarkan. Artinya jumlah yang akan kita tetapkan mengenai evaluasi yang akan kita adakan dalam jangka waktu satu tahun itu kita hubungkan dengan tujuan memperoleh gambaran yang lengkap mengenai kemajuan yang akan dicapai oleh para siswa selama jangka waktu setahun itu pula.

Kalau pertumbuhan yang akan dicapai oleh para siswa kita tadi dapat kita bayangkan sebagai suatu pertumbuhan yang terdiri dari empat fase misalnya, maka ada baiknya untuk mengadakan empat kali evaluasi selama jangka waktu satu tahun tadi. Ini merupakan soal praktis yang banyak sedikitnya biasanya selalu diketahui oleh setiap pengajar. Dengan merenungkan sedikit sifat materi yang kita ajarkan biasanya kita akan dapat membangunkan gambaran semacam itu.

  1. Pengumpulan data

Pengumpulan data dimaksudkan untuk memperoleh informasi tentang keadaan obyek dengan menggunakan alat yang telah diuji cobakan. Untuk mengumpulkan data dapat menggunakan metode tes tulis, tes lisan, dan tes tindakan yang akan dibicarakan tersendiri. Langkah-langkah pengumpulan data:

  1. Menentukan data apa saja yang kita butuhkan untuk melakukan tugas evaluasi yang kita hadapi dengan baik, penentuan data yang harus dikumpulkan untuk keperluan tugas evaluasi ini berhubungan erat dengan rumusan tentang tugas kita dalam suatu usaha pendidikan. Rumusan tentang tugas kita sebagai seorang pengajar dalam suatu usaha pendidikan menghasilkan suatu ketentuan-ketentuan tentang tujuan yang harus kita capai dengan materi yang kita ajarkan. Adapun rumusan tentang tujuan yang harus kita capai untuk menentukan aspek-aspek manakah dari seluruh pertumbuhan seorang anak, maupun sekelompok siswa terutama harus kita perhatikan dan manakah serta sampai ke tarap manakah pertumbuhan aspek-aspek ini kita arahkan.
  2. Menentukan cara-cara yang harus kita tempuh untuk memperoleh setiap jenis data yang kita butuhkan. Adapun dalam pemilihan cara yang akan kita tempuh untuk memperoleh suatu data biasanya ditentukan oleh teori atau pandangan yang kita atur secara standar atau tidak.
  3. Pemilihan alat yang akan kita pergunakan dalam pengumpulan data. Biasanya pengetahuan mengenai alat-alat yang telah tersedia akan merupakan suatu pegangan yang sangat berguna dalam pengumpulan data.
    1. Persifikasi data

Penelitian data atau verifikasi data maksudnya ialah untuk memisahkan data yang “baik” yang akan dapat memperjelas gambaran yang akan kita peroleh mengenai individu atau sekelompok individu yang sedang kita evaluasi, dari data yang kurang baik yang hanya akan merusak atau mengaburkan gambaran yang akan kita peroleh apabila turut kita olah juga.

Pada tahap ini data yang terutama membutuhkan verifikasi ialah data yang kita terima dari pihak lain mengenai orang yang sedang dievaluasi jadi bukan data yang kita peroleh sebagai hasil observasi kita sendiri tehadap orang sedang dievaluasi tadi. Pernyataan ini tentu saja tidak berarti bahwa setiap data yang kita kumpulkan sendiri dapat dianggap sebagai data yang sudah pasti terjamin “kebaikannya”. Tentu saja kemungkinan selalu ada bahwa data yang kita peroleh sebagai hasil dari pemeriksaan langsung terhadap orang yang dievaluasi yang kita sebut data yang berasal dari sumber pertama mengandung pula keasalahan-kesalahan. Banyaknya faktor yang dapat menyebabkan masuknya data yang mengandung kesalahan-kesalahan ini, tetapi oleh karena itu selalu menyadari baik-buruknya setiap data yang kita pergunakan untuk memperoleh data lengsung dari otak yang bersangkutan tadi, karena dalam evalasi yang baik, kita selalu berusaha untuk hanya mempergunakan alat-alat yang sebaik-baiknya yang tersedia bagi kita.

  1. Pengolahan data

Pengolahan data dilakukan untuk menjadikan data lebih bermakna, sehingga dengan data itu orang dapat memperoleh beberapa gambaran yang lebih lengkap tentang keadaan peserta didik.

Jadi hal ini berarti bahwa tanpa kita olah, dan diatur lebih dulu data itu sebenarnya tidak dapat menceritakan suatu apa pun kepada kita. Makna yang sebenar-benarnya baru akan kita peroleh keterangan-keterangan yang datang dari berbagai pihak kita adakan pengolahan dalam pengolahan dalam arti kata kita gabungkan, kita satu-satukan yang akan kita anyam seolah-olah kita kombinasikan barulah akan kita peroleh gambaran data tersebut yang akan kita ketahui maknanya.

Fungsi pengolahan data yang telah disajikan hingga sekarang ini, jelaslah fungsi pengolahan data dalam proses evaluasi yang perlu disadari benar-benar pada taraf pembicaraan sekarang ini ialah bahwa untuk memperoleh gambaran yang selengkap-lengkapnya tentang diri orang yang sedang dievaluasikan, langkah pengolahan data ini merupakan keharusan.

  1. Penafsiran data

Tahap ini merupakan verbalisasi atau pemberian makna dari data yang telah diolah, sehingga tidak akan terjadi penafsiran yang overstatement maupun penafsiran understatement.

Kalau kita perhatikan segenap uraian yang telah disajikan mengenai tahap data tadi akan segera tampak bahwa memisahkan tahap penafsiran dari tahap pengolahan sebenarnya merupakan suatu pemisahan yang terlalu dibuat-buat. Memang dalam praktek kedua tahap ini tidak dipisah-pisahkan kalau kita melakukan suatu pengolahan terhadap sekumpulan data, dengan sendirinya kita akan memperoleh “tafsir” makna data yang kita hadapi. Sering terasa pada kita bahwa sesuatu telah terumuskan dengan jelas dalam pikiran kita tetapi kita tidak berhasil juga menemukan kata-kata yang dapat untuk isi pikiran tadi. Dalam situasi-situasi tertentu sering kita dapat lari ke suatu bahasa asing yang telah berhasil menciptakan lambang atau kata, terutama itu untuk isi pikiran semacam itu tetapi dalam situasi yang lain lagi berbahasa maupun kita hendak melarikan diri tetapi tidak dapat kita temukan kata-kata yang tepat. Dalam situasi yang terakhir ini kita mendapatkan diri kita dalam suatu keadaan oleh pikiran yang tertekan. Kalau hal yang tak terkatakan tadi sering muncul dalam pikiran kita, kita pun akan berusaha sekeras-kerasnya untuk menemukankata yang tepat dan lahirlah sebagai hasil usaha semacam itu “kata-kata baru” istillah-istillah baru.

Introduksi di atas disajikan di sini untuk sekedar meminta perhatian pembaca terhadap kesulitan-kesulitan yang mungkin terjadi dalam rumusan tafsiran yang dapat diberikan terhadap sekumpulan data yang telah diolah.

Sebelum evaluasi hasil belajar dilaksanakan, terlebih dahulu disusun perencanaan yang baik dan matang. Perencanaan evaluasi pembelajaran umumnya mencakup enam jenis kegiatan yaitu:

  1. Merumuskan tujuan dilaksanakannya evaluasi.
  2. Menetapskan aspek-aspek yang akan di evaluasi. Misalnya, aspek kognitifnya, aspek afektifnya atau aspek psikomotorik.
  3. Memilih dan menentukan tehnik yang akan di pergunakan di dalam pelaksanaan evaluasi.
  4. Menyusun alat-alat pengukur yang dipergunakan dalam pengukuran dan penilaian hasil belajar peserta didik.
  5. Menentukan tolak ukur, norma atau kriteria yang akan dijadikan pegangan atau patokan dalam memberikan interpretasi terhadap data hasil evaluasi. Misalnya apakah akan digunakan penilaian Beracuan Patokan (PAP) ataukah akan dipergunakan Penilaian Beracuan Kelompok (PAK) atau Norma (PAN).
  6. Menentukan frekuensi dari kegiatan evaluasi hasil belajar itu sendiri (kapan dan berapa kali evaluasi belajar itu dilaksanakan).

Tahap-Tahap Yang Ditempuh Dalam Menyusun Instrumen Evaluasi

  1. Merumuskan tujuan yang akan dicapai dengan instrumen yang akan disusun.
  2. Membuat kisi-kisi yang berisi tentang perincian variabel dan jenis instrumen yang akan digunakan.
  3. Membuat butir-butir instrumen.
  4. Menyuting instrumen, yang dillakukan pada tahap ini adalah: (a) mengurutkan butir menurut sistematika yang dikehendaki evaluator untuk mempermudah dalam pengolaan data, (b) menulis petunjuk pengisisan, identitas dan sebagainya, dan (c) membuat angket permohonan.

H. Penutup

Evaluasi pembelajaran adalah proses untuk menentukan nilai pembelajaran yang dilaksanakan, dengan melalui kegiatan pengukuran dan penilaian pembelajaran. Evaluasi merupakan sarana untuk mendapatkan informasi yang diperoleh dari proses pengumpulan dan pengolahan data. Evaluasi membantu pendidik untuk mengetahui kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh siswa.

Pengukuran adalah proses pemberian angka terhadap proses dan hasil pembelajaran berdasarkan ukuran, aturan, atau pola tertentu yang jelas dan sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan dalam rangka memberikan keputusan terhadap proses dan hasil pembelajaran. Sedangkan, penilaian adalah sebuah proses pemaknaan terhadap suatu objek dengan mengacu pada ukuran tertentu (proses pengukuran) yang bersifat kualitatif atau pemberian arti.

Ciri-ciri evaluasi pembelajaran adalah sebagai berikut; evaluasi dilakukan secara tidak langsung, evaluasi pendidikan bersifat kuantitatif, evaluasi pendidikan menggunakan unit-unit atau satuan-satuan yang tetap, karena IQ 105 termask anak normal. Anak lain yang hasil pengukuran Iqnya 80, menurut unit ukurannya termasuk anak dungu, evaluasi pendidikan bersifat relatif, artinya tidak sama atau tidak selalu tetap dari satu waktu ke waktu yang lain. (disebabkan karena beberapa faktor), evaluasi pendidikan sering terjadi kesalahan-kesalahan.

Evaluasi terdiri dari empat tahap, yaitu; tahap persiapan, tahap pelaksanaan, tahap pengolahan hasil, dan tahap tindak lanjut.

I. Sumber

Alwasilah, et al. (1996). Glossary of educational Assessment Term. Jakarta: Ministry of Education and Culture.

Arikunto, S & Jabar. 2004. Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Arikunto, Suharsimi. Dasar-DasarEvaluasiPendidikan.  Jakarta: BumiAksara, 1993.

Calongesi, J.S. 1995. Merancang Tes untuk Menilai Prestasi Siswa. Bandung : ITB

Hiidayati, Arina Syarifa. 2012. Standar, Ruang Lingkup dan ManfaatEvaluasi Pembelajaran. [Online]. (14 September 2012 20.30 WIB)

Miftah, Ayip. 2011. Kemampuan Kognitif menurut Revisi TaksonomiBloom. [Online]. (14 September 2012 20.00 WIB)

Muliya, Deka. 2012. Ranah Penilaian Kognitif, Afektif,dan Psikomotorik. [Online]. (14 September 2012 20.20 WIB)

Sudijono, Anas. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo, 2011.

Sukardi, M. EvaluasiPendidikan; Prinsip&Operasionalnya. Jakarta: BumiAksara, 2009.

Tayibnapis, F.Y. (2000). Evaluasi Program. Jakarta: Rineka Cipta

Zainul & Nasution. (2001). Penilaian Hasil belajar. Jakarta: Dirjen Dikti.

File MS Word Lengkap: RUANG LINGKUP EVALUASI PEMBELAJARAN

2 respons untuk ‘RUANG LINGKUP EVALUASI PEMBELAJARAN

Add yours

Tinggalkan komentar

Blog di WordPress.com.

Atas ↑